A.
Tugas Perkembangan
Anak Masa Sekolah 6-12 tahun
Pada masa ini anak memasuki masa belajar didalam dan
diluar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan di rumah juga mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek perilaku di bentuk melalui
penguatan verbal, keteladanan, dan identifikasi. Anak-anak pada masa ini juga
mempunyai tugas-tugas perkembangan (menurut Robert J. Hagvighurst) , yakni:
1.
Belajar
memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan; bermain sepak bola,
loncat tali, berenang.
2.
Belajar
membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis
3.
Belajar bergaul
dengan teman-teman sebaya
4.
Belajar
memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
5.
Belajar
keterampilan dasar dalam membaca, menulis, berhitung
6.
Belajar
mengembangkan konsep sehari-hari
7.
Membentuk hati
nurani, nilai moral, dan nilai social
8.
Memperoleh
kebebasan yang bersifat pribadi
9.
Membentuk sikap
terhadap kelompok social dan lembaga-lemabaga[1]
Dalam perkembangan ini anak masih perlu
mengembangkan pengetahuan melalui belajar. Belajar secara sistematis disekolah
juga belajar mengembangkan sikap, kebiasaan di rumah ataupun lingkungan
sekitarnya. Anak juga perlu di beri pujian atau penghargaan dalam prestasinya,
namun pengawasan dari guru dan orang tua juga perlu untuk memunculkan sikap dan
kebiasaan yang baik.
B.
perkembangan
fisik, kognitif, psikologi anak masa sekolah 6-12 tahun
1.
Perkembangan
Fisik
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan
konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD
mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan penambahan tinggi
badan 5-7 cm per tahun ( F.A Hadis 1996)[2].
Oleh Karena itu periode ini juga sering disebut periode tenang sebelum
menjelang masa remaja.
tetapi
hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan
fisik yang berarti. Karena selama masa
ini terjadi, terutama bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran
beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara
berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (babyfat) berkurang. Pertambahan
kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olah raga).
Karena factor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak
laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan. (Santrock, 1995)
2.
Perkembangan
Kognitif
Seiring
dengan masuknya anak kesekolah dasar, kemapuan kognitifnya urut mengalami
perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat
anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian
tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam
keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur.
Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir
kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga
anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Menurut
teori piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran
operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental
yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya
memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang
bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk
membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya (logikanya).
3.
Perkembangan
Psikologi
Perkembangan
seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas
pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan psikologisnya :
mental, sosial dan emosional.
Menurut
Teori Kolhberg
Kolhberg dalam menganalisis perkembangan anak usia 6-12 tahun juga membaginya
menjadi dua tahapan :
Tahapan
pertama: usia 6-10 tahun.
Dalam usia ini, ia menilai anak sudah bisa menilai
hukuman atau akibat yang diterimanya berdasarkan tingkat hukuman
dari kesalahan yang dilakukannnya. Sehingga ia sudah bisa mengetahui bahwa berperilaku baik akan
mampu membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman
Tahapan
kedua: usia 10-12 tahun.
Dalam usia ini, menurut
Kolhberg, ia sudah bisa
berpikir bijaksana. Hal ini ditandai
dengan ia berperilaku sesuai dengan aturan
moral
agar disukai oleh orang
dewasa, bukan karena
takut dihukum. Sehingga
berbuat kebaikan bagi anak usia seperti
ini lebih dinilai
dari tujuannya. Ia pun
menjadi anak yang tahu akan aturan.